“Tidak ada gunanya kalau kita hanya dari jauh dan dari luar mengetahui atau merasa mengetahui kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam pemerintahan saja, lalu grundelan dan mengejek dari luar! Kita harus masuk di dalamnya, ikut memberikan arah yang benar, ikut berjuang menjadi saksi nyata tentang kebenaran, keadilan, dan cinta kasih sayang sesama umat.”
Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif sudah didepan mata, dan menyusul beberapa bulan berikutnya Pemilihan Presiden (Pilpres). Kita sebagai warga negara sesuai kedudukan dan perannya masing-masing akan berpartisipasi dalam pesta politik itu, yaitu untuk ikut memberikan arah yang benar dalam keadilan, dan menuju yang adil dalam kebenaran.
Partisipasi dalam pemilu, apakah itu sebagai pemilih, atau yang dipilih atau sebagai penyelenggara, pengendali, dan penentu arah perjalanan demokrasi kerakyatan dalam satu nusa, satu bangsa, satu negara tanah air kita, merekalah yang bisa membuat semua sistem dan semua implikasi sub sistemnya dalam berbangsa dan bernegara.
Fakta yang selama ini kita hadapi dan rasakan dalam dunia perpolitikan bangsa ini, masih banya perilaku para perencana, pengendali, dan pengatur negara yang masih penuh kerasukan, tipu muslihat, dan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan golongan yang kesemuanya itu dapat membuat kita pesimis dan bahkan apatis terhadap kehidupan bernegara.
Dalam hal ini, seluruh masyarakat harus bisa untuk menghargai calon legisltaif, kita harus hargai mereka yang telah tertarik dan terpanggil terjun dalam dunia politik, yang memutuskan dan mempersembahkan dirinya kepada Ibu Pertiwi melalui jalan itu menjalani kesempatan yang dimilik dalam berkontribusi secara berarti bahkan maksimal bagi tercapainya cita-cita bangsa Indonesia.
Penyelenggaraan Pemilu tidak bisa asal-asalan, dan demikian juga memilihnya pun tidak asal-asalan. Cita-cita para pendiri bangsa harus dijadikan ukuran untuk mengevaluasi sistem dan produk politik kita , dengan berdasar pada Pancasila sila Ke-4 berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sehingga semestinya dan seharusnya demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan itu jauh dari politik uang, tidak mengutamakan, dan memperjuangkan hanya untuk kepentingan pribadi dan/atau kelompok saja, tidak memanupulasi perbedaan SARA. Objektivitas kualitas dan integritas pribadi dan ketercapaian cita-cita bangsa Indonesia harus menjadi ukuran seluruh proses politik, yang berproses untuk kebaikan umum.
Berpartisipasi dalam pemilu itu adalah baik, memilih dalam pemilu sebagai hak warga negara dan tidak memilih golput itupun sangat baik, namun memilih secara aktif dengan cerdas dan sesuai hati nurani, memilih kepada pilihan yang tepat dengan tingkat keburuhkannya paling sedikit itu sangatlah baik dan itu sebagai langkah perbuatan dalam bentuk pertanggungjawaban iman dan warga negara untuk menentukan nasib bangsa. Jangan biarkan orang lain mengambil keputusan mengenai nasibmu, tanpa kalian semua terlibat didalamnya.